Pembelajaran IPS di MI Darul Ulum Tandes Surabaya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Saat ini banyak guru dalam menyampaikan pelajaran IPS khusunya di SD dilakukan secara monoton. Guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif. Media yang digunakan terbatas hanya teks buku pelajaran saja sehingga menambah rasa bosan pada diri siswa.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak, maka bagi guru sangat diperlukan pemahaman akan hal tersebut. Guru juga dituntut memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memanfaatkan berbagai macam sumber belajar. Diantaranya adalah media, kelas, dan lingkungan. Selain ke-tiga aspek tersebut, guru hendaknya berusaha menyampaikan materi kepada siswa semenarik mungkin sehingga siswa tidak bosan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan IPS?
2.      Apa tujuan dari pembelajaran IPS SD?
3.      Bagaimana kriteria pembelajaran yang efektif?
4.      Bagaimana kondisi pembelajaran IPS kelas 1 (satu) di MI Darul Ulum?
5.      Bagaimana pembelajaran IPS SD yang efektif?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian pembelajaran IPS.
2.      Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran IPS SD.
3.      Untuk mengetahui dan memahami kriteria pembelajaran yang efektif.
4.      Untuk mengetahui kondisi pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum.
5.      Untuk mengetahui pembelajaran IPS SD yang efektif.

D.    Prosedur Pemecahan Masalah
Dalam makalah ini, penulis menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan mengkaji pustaka dan sumber-sumber yang berkenaan dengan masalah.

E.     Sistematika Uraian
Adapun sistematika uraian dari makalah ini yaitu:
-          BAB I Pendahuluan, yang di dalamnya meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan, Prosedur Pemecahan Masalah dan Sistematika Uraian.
-          BAB II merupakan pembahasan materi yang di dalamnya meliputi Pengertian IPS, Tujuan pembelajaran IPS, Kriteria pembelajaran yang efektif, Kondisi pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, dan pembelajaran IPS SD yang efektif.
-          BAB III adalah bab terakhir yang merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian IPS
Istilah ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Namun pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi.
Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)

B.     Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan kehidupan sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan kemampuan sepeti berkomunikasi, rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia, kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa, 2006)
Fokus utama dari program IPS adalah membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu: pengembangan kemampuan berfikir siswa, pengembangan nilai dan etika sosial, dan pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial.

C.    Kriteria Pembelajaran yang Efektif
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari cara pendidik mengajar dan peserta didik belajar, sebab baik tidaknya hasil proses pembelajaran dapat dilihat dan dirasakan oleh pendidik dan peserta didik sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan pada diri peserta didik. Perubahan perilaku ini menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Juga didalam proses pembelajaran peserta didik harus menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar dan percaya pada diri sendiri. Untuk memperoleh hasil seperti yang telah dikemukakan diatas, salah satu caranya adalah meningkatkan kualitas belajar.
Untuk kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu menggunakan cara-cara belajar yang efektif pula. Sebenarnya banyak cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh keefektifan dalam proses pembelajaran, yaitu mulai dari memberikan informasi dan penjelasan, memberikan tugas, praktek di laboratorium sampai dengan praktek di lapangan. Namun apakah semua kegiatan itu efektif dilaksanakan oleh peserta didik dan memperoleh hasil yang memuaskan tanpa mengetahui pembelajaran yang baik. (Rukmana, 2006)
Untuk memahami konsep belajar secara utuh perlu digali lebih dulu bagaimana para pakar psikologi dan pakar pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok pakar tersebut sangat penting karena perilaku belajar merupakan ontologi atau bidang telaah dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan.
Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell Gledler (1986;1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skill, dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.  Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Belajar sebagai proses manusiawi memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari traditional/local wisdom, filsafat, temuan penelitian dan teori tentang belajar. Traditional/local wisdom adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa, peribahasa, adagium, maksim, kata mutiara, petatah-petitih atau puisi yang mengandung makna eksplisit atau tentang pentingnya belajar dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh : Iqra bismirobbika ladzi kholaq (Bacalah alam semesta ini dengan nama Tuhanmu); Belajarlah sampai ke negeri China sekalipun (Belajarlah tentang apa saja, dari siapa saja dan dimana saja); Bend the willow when it is young (Didiklah anak selagi masih muda); Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian (Belajar lebih dahulu nanti akan dapat menikmati hasilnya).
Dalam pandangan yang lebih komprehensif konsep belajar dapat digali dari berbagai sumber seperti filsafat, penelitian empiris, dan teori. Para ahli filsafat telah mengembangkan konsep belajar secara sistematis atas dasar pertimbangan nalar dan logis tentang realita kebenaran, kebajikan dan keindahan. Plato, dalam Bell-Gredler (1986: 14-16) melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia dan dibawa lahir. Sementara itu Aristoteles melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam dunia fisik bukan dalam pikiran. Kedua kutub pandangan filosofis tersebut berimplikasi pada pandangan tentang belajar. Bagi penganut filsafat idealisme hakikat realita terdapat dalam pikiran, sumber pengetahuan adalah ide dalam diri manusia, dan proses belajar adalah pengembangan ide yang telah ada dalam pikiran. Sedang penganut realisme, realita terdapat dalam dunia fisik, sumber pengetahuan adalah pengetahuan sensori, dan belajar merupakan kontak atau interaksi individu dengan lingkungan fisik. (Winataputra U. S., 2008).

D.    Kondisi Objektif Pembelajaran IPS Kelas 1 di MI Darul Ulum
Penulis telah melakukan observasi/pengamatan tentang pembelajaran IPS SD kelas 1 (satu) di MI Darul Ulum yang berlokasi di Jl.Raya Manukan Kulon No. 98-100 Kecamatan Tandes Kota Surabaya. Dari hasil pengamatan, penulis menemukan beberapa kelebihan serta kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah tersebut.

1.      Kelebihan
Diantara kelebihan pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum adalah sebagai berikut:
a.       Guru sudah memahami dan menguasai materi yang akan di sampaikan
b.      Guru dapat mengondisikan siswa dengan baik, sehingga guru dapat tuntas  menjelaskan materi yang disampaikan

2.      Kekurangan
Diantara kekurangan pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum adalah sebagai berikut:
a.       Guru kurang variatif dalam menerapkan strategi/metode pembelajaran, dimana guru selalu menerapkan strategi/metode pembelajaran berupa metode ceramah, hafalan, dan tanya jawab.
b.      Guru kurang maksimal dalam menggunakan media pembelajaran, dimana guru hanya selalu menggunakan media berupa buku teks, LKS, dan papan tulis.
c.       Guru kurang mampu mengelola kelas dengan baik.
d.      Guru kurang mampu memanfaatkan llingkungan sebagai sumber belajar.



Data data kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran IPS SD di MI Darul Ulum tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa kekuranganya lebih dominan dari pada kelebihanya. Oleh karena itu pada pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, siswa mudah merasa bosan sehingga menjadi malas belajar. Bahkan sebagian besar siswa beranggapan bahwa belajar IPS itu identik dengan hafalan.

E.     Pembelajaran IPS yang Efektif
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan efektivitasnya dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS dapat menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta lingkungan. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan yang dirumuskan. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan.
Bagi guru IPS buku sumber bukan satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena buku sumber pada umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melaksanakan perannya sebagai demonstator. Manfaat media atau alat pembelajaran adalah: mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat, membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi. Media pembelajaran digolongkan atas 3 kelompok yaitu : media dengar (visual aids), media pandang (auditive aids), dan media raba atau gerak (motor aids). Tetapi dalam pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.
Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan IPS yang telah dijelaskan di atas, maka tidak bisa dipisahkan dari kreatifitas guru untuk memenuhi beberapa kriteria-kriteria pembelajaran yang efektif seperti yang sudah dijelaskan di atas pula. Selain menggunakan strategi pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa khususnya pembelajaran IPS, Guru dituntut memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memanfaatkan berbagai macam sumber belajar. Diantaranya adalah pemanfaatan media, pengelolaan kelas, dan pemanfaatan lingkungan.



1.      Penggunaan Media Belajar yang Tepat.
Pada dasarnya siswa memiliki minat (sense of interest) dan dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality). Mengingat materi pembelajaran IPS lebih banyak memuat informasi maka upaya mengembangkan  kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut memiliki kreativitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk mengidentifikasi, menyeleksi dan menentukan sumber pembelajaran yang menunjang kegiatan belajar mengajar.
Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang lebih utama dapat memperlancar pencapaian tujuan serta menarik minat siswa. Sebagai mediator, guru pun menjadi perantara siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sehingga guru pun dituntut untuk memiliki keterampilan tentang komunikasi dan berinteraksi. Sehingga siswa dikembangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.      Pengelolaan Kelas.
Pada dasarnya pengelolaan kelas merupakan suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan suasana kelas yang efektif bagi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, yang keberhasilannya akan bergantung kepada : tujuan pembelajaran, penggunaan waktu, pengaturan ruang dan sarana belajar serta pengaturan kegiatan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai pengelola kelas (learning manager) hendaknya memiliki kemampuan untuk mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. Kelas sebagai sumber pembelajaran tidak terbatas pada pemeliharaan dan penciptaan suasana belajar yang efektif, melainkan juga dapat dijadikan sebagai tempat pameran hasil karya siswa. Kelas yang memiliki pajangan atau pameran hasil karya siswa dapat menjadi tempat yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Melihat adalah bagian dari kegiatan belajar. Para siswa belajar melalui kegiatan mendengar, melihat, meraba, mencium dan berbuat. Hasil karya siswa yang baik akan mendorong  para siswa untuk menggunakan panca indera penglihatannya untuk belajar dengan membaca dan memanfaatkan hasil karya siswa tersebut.
3.      Pemanfaatan Lingkungan Belajar.
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa atau limbah dan peristiwa alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran mendorong siswa untuk berpikir logis, sisitematis dan logis, karena dari lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh karena itu guru dituntut memiliki keterampilan ke dalam kelas dan atau membawa siswa ke luar kelas. (Winataputra U. S., 2008)
           




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Pada intinya, pengertian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.
2.      Fokus utama/tujuan dari program IPS adalah membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
3.      Kriteria pembelajaran yang efektif adalah peserta didik harus menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar dan percaya pada diri sendiri. Untuk kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu menggunakan cara-cara belajar yang efektif pula. Sebenarnya banyak cara yang dapat ditempuh untuk memperoleh keefektifan dalam proses pembelajaran, yaitu mulai dari memberikan informasi dan penjelasan, memberikan tugas, praktek di laboratorium sampai dengan praktek di lapangan.
4.      Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum adalah kekuranganya lebih dominan dari pada kelebihanya. Oleh karena itu pada pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, siswa mudah merasa bosan sehingga menjadi malas belajar. Bahkan sebagian besar siswa beranggapan bahwa belajar IPS itu identik dengan hafalan.
5.      Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan IPS yang telah dijelaskan di atas, maka tidak bisa dipisahkan dari kreatifitas guru untuk memenuhi beberapa kriteria-kriteria pembelajaran yang efektif seperti yang sudah dijelaskan di atas pula. Selain menggunakan strategi pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa khususnya pembelajaran IPS, Guru dituntut memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memanfaatkan berbagai macam sumber belajar. Diantaranya adalah pemanfaatan media, pengelolaan kelas, dan pemanfaatan lingkungan.



DAFTAR PUSTAKA


Bruner, J.(1978). The Process of Educational Technology (terjemahan). Cambridge: Harvard University.
Budiningsih, C. (2005).  Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hernawan, A. H. (2008). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. N. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rukmana, A. (2006). Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI PRESS.
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Sundawa, D. (2006). Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Supriatna, N. (2007). Pendidikan IPS di SD.  Bandung: UPI PRESS.
Wahyudin, H. D. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). Materi dan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Komentar