BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun.
Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam
perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit
operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap
tahun yang akan sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah
sekarang (kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak).
Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak.
Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata
angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan,
permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program
studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.
Saat ini banyak guru dalam
menyampaikan pelajaran IPS khusunya di SD dilakukan secara monoton. Guru hanya
menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi pasif. Media yang digunakan terbatas
hanya teks buku pelajaran saja sehingga menambah rasa bosan pada diri siswa.
Berbagai cara dan teknik
pembelajaran untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak, maka
bagi guru sangat diperlukan pemahaman akan hal tersebut. Guru juga dituntut
memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memanfaatkan berbagai macam sumber
belajar. Diantaranya adalah media, kelas, dan lingkungan. Selain ke-tiga aspek
tersebut, guru hendaknya berusaha menyampaikan materi kepada siswa semenarik
mungkin sehingga siswa tidak bosan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan IPS?
2. Apa
tujuan dari pembelajaran IPS SD?
3. Bagaimana
kriteria pembelajaran yang efektif?
4. Bagaimana
kondisi pembelajaran IPS kelas 1 (satu) di MI Darul Ulum?
5. Bagaimana
pembelajaran IPS SD yang efektif?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian pembelajaran IPS.
2.
Untuk mengetahui
tujuan dari pembelajaran IPS SD.
3.
Untuk mengetahui
dan memahami kriteria pembelajaran yang efektif.
4.
Untuk mengetahui
kondisi pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum.
5.
Untuk mengetahui
pembelajaran IPS SD yang efektif.
D.
Prosedur
Pemecahan Masalah
Dalam makalah ini, penulis
menggunakan prosedur pemecahan masalah dengan mengkaji
pustaka dan sumber-sumber yang berkenaan dengan masalah.
E.
Sistematika
Uraian
Adapun sistematika uraian dari makalah
ini yaitu:
-
BAB I Pendahuluan, yang di dalamnya
meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penulisan, Prosedur Pemecahan
Masalah dan Sistematika Uraian.
-
BAB II merupakan
pembahasan materi yang di dalamnya meliputi Pengertian IPS, Tujuan pembelajaran IPS, Kriteria pembelajaran yang efektif,
Kondisi pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, dan pembelajaran IPS SD yang
efektif.
-
BAB III adalah bab
terakhir yang merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
IPS
Istilah
ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah
atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “social
studies” dalam kurikulum persekolahan di negara lain, khususnya di
negara-negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.
Namun
pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna
khususnya antara IPS di sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk sekolah menengah
pertama (SMP) dan IPS untuk sekolah menengah atas (SMA). Pengertian IPS di
sekolah tersebut ada yang berarti program pengajaran, ada yang berarti mata
pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari
sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula
diidentifikasi dari pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang
persekolahan tersebut.
Pengertian IPS merujuk pada kajian yang
memusatkan perhatiannya pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi
manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas
manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa
depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan
aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi.
Selain itu dikaji pula bagaimana manusia
membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial
antar manusia dan bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu
kekuasaan. Pada intinya, fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia
dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia
sebagai makhluk sosial. (Sapriya, 2006)
B.
Tujuan
Pembelajaran IPS
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas
dasar pemikiran bahwa pendidikan IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Oleh karena
itu pendidikan IPS harus mengacu pada tujuan Pendidikan Nasional. Dengan
demikian tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang
lebih tinggi.
Ada tiga aspek yang harus dituju dalam
pengembangan pendidikan IPS, yaitu aspek intelektual, kehidupan sosial, dan
kehidupan individual. Pengembangan kemampuan intelektual lebih didasarkan pada
pengembangan disiplin ilmu itu sendiri serta pengembangan akademik dan thinking
skill. Tujuan intelektual berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami disiplin ilmu sosial., kemampuan berpikir, kemampuan prosesual dalam
mencari informasi dan mengkomunikasikan hasil temuan. Pengembangan kehidupan
sosial berkaitan dengan pengembangan kemampuan dan tanggung jawab siswa sebagai
anggota masyarakat. Tujuan ini mengembangkan kemampuan sepeti berkomunikasi,
rasa tanggung jawab sebagai warga negara dan warga dunia, kemampuan
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan bangsa. Termasuk
dalam tujuan ini adalah pengembangan pemahaman dan sikap positif siswa terhadap
nilai, norma dan moral yang berlaku dalam masyarakat. (Sundawa, 2006)
Fokus utama dari program IPS adalah
membentuk iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia,
aktivitas dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat
yang bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan
dan memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
Ada 3 kajian utama berkenaan dengan
dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu: pengembangan kemampuan berfikir siswa, pengembangan nilai dan etika
sosial, dan pengembangan tanggung jawab dan partisipasi sosial.
C.
Kriteria
Pembelajaran yang Efektif
Keberhasilan proses pembelajaran tidak
terlepas dari cara pendidik mengajar dan peserta didik belajar, sebab baik
tidaknya hasil proses pembelajaran dapat dilihat dan dirasakan oleh pendidik
dan peserta didik sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil
apabila ada perubahan pada diri peserta didik. Perubahan perilaku ini
menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan. Juga didalam proses
pembelajaran peserta didik harus menunjukan kegairahan belajar yang tinggi,
semangat kerja yang besar dan percaya pada diri sendiri. Untuk memperoleh hasil
seperti yang telah dikemukakan diatas, salah satu caranya adalah meningkatkan
kualitas belajar.
Untuk kegiatan proses pembelajaran yang
efektif dan memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu
menggunakan cara-cara belajar yang efektif pula. Sebenarnya banyak cara yang
dapat ditempuh untuk memperoleh keefektifan dalam proses pembelajaran, yaitu
mulai dari memberikan informasi dan penjelasan, memberikan tugas, praktek di
laboratorium sampai dengan praktek di lapangan. Namun apakah semua kegiatan itu
efektif dilaksanakan oleh peserta didik dan memperoleh hasil yang memuaskan
tanpa mengetahui pembelajaran yang baik. (Rukmana, 2006)
Untuk memahami konsep belajar secara
utuh perlu digali lebih dulu bagaimana para pakar psikologi dan pakar
pendidikan mengartikan konsep belajar. Pandangan kedua kelompok pakar tersebut
sangat penting karena perilaku belajar merupakan ontologi atau bidang telaah
dari kedua bidang keilmuan itu. Pakar psikologi melihat perilaku belajar
sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara
alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses
psikologis-pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan
lingkungan belajar yang sengaja diciptakan.
Pengertian belajar yang cukup
komprehensif diberikan oleh Bell Gledler (1986;1) yang menyatakan bahwa belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam
competencies, skill, dan attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat. Rangkaian
proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan
informal, keturutsertaannya dalam pendidikan formal dan/atau pendidikan
nonformal. Kemampuan belajar inilah yang membedakan manusia dari makhluk
lainnya.
Belajar sebagai proses manusiawi
memiliki kedudukan dan peran penting, baik dalam kehidupan masyarakat
tradisional maupun modern. Pentingnya proses belajar dapat dipahami dari
traditional/local wisdom, filsafat, temuan penelitian dan teori tentang
belajar. Traditional/local wisdom adalah ungkapan verbal dalam bentuk frasa,
peribahasa, adagium, maksim, kata mutiara, petatah-petitih atau puisi yang
mengandung makna eksplisit atau tentang pentingnya belajar dalam kehidupan
manusia. Sebagai contoh : Iqra bismirobbika ladzi kholaq (Bacalah alam semesta
ini dengan nama Tuhanmu); Belajarlah sampai ke negeri China sekalipun (Belajarlah
tentang apa saja, dari siapa saja dan dimana saja); Bend the willow when it is
young (Didiklah anak selagi masih muda); Berakit-rakit ke hulu berenang-renang
ke tepian (Belajar lebih dahulu nanti akan dapat menikmati hasilnya).
Dalam pandangan yang lebih komprehensif
konsep belajar dapat digali dari berbagai sumber seperti filsafat, penelitian
empiris, dan teori. Para ahli filsafat telah mengembangkan konsep belajar
secara sistematis atas dasar pertimbangan nalar dan logis tentang realita
kebenaran, kebajikan dan keindahan. Plato, dalam Bell-Gredler (1986: 14-16)
melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada dalam diri manusia dan dibawa
lahir. Sementara itu Aristoteles melihat pengetahuan sebagai sesuatu yang ada
dalam dunia fisik bukan dalam pikiran. Kedua kutub pandangan filosofis tersebut
berimplikasi pada pandangan tentang belajar. Bagi penganut filsafat idealisme
hakikat realita terdapat dalam pikiran, sumber pengetahuan adalah ide dalam
diri manusia, dan proses belajar adalah pengembangan ide yang telah ada dalam
pikiran. Sedang penganut realisme, realita terdapat dalam dunia fisik, sumber
pengetahuan adalah pengetahuan sensori, dan belajar merupakan kontak atau
interaksi individu dengan lingkungan fisik. (Winataputra U. S., 2008).
D.
Kondisi
Objektif Pembelajaran IPS Kelas 1 di MI Darul Ulum
Penulis telah melakukan observasi/pengamatan tentang pembelajaran IPS SD
kelas 1 (satu) di MI Darul Ulum yang berlokasi di Jl.Raya Manukan Kulon No.
98-100 Kecamatan Tandes Kota Surabaya. Dari hasil pengamatan, penulis menemukan
beberapa kelebihan serta kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS di
sekolah tersebut.
1.
Kelebihan
Diantara kelebihan pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1
di MI Darul Ulum adalah sebagai berikut:
a.
Guru sudah memahami
dan menguasai materi yang akan di sampaikan
b.
Guru dapat
mengondisikan siswa dengan baik, sehingga guru dapat tuntas menjelaskan materi yang disampaikan
2.
Kekurangan
Diantara kekurangan pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1
di MI Darul Ulum adalah sebagai berikut:
a.
Guru kurang
variatif dalam menerapkan strategi/metode pembelajaran, dimana guru selalu
menerapkan strategi/metode pembelajaran berupa metode ceramah, hafalan, dan
tanya jawab.
b.
Guru kurang
maksimal dalam menggunakan media pembelajaran, dimana guru hanya selalu
menggunakan media berupa buku teks, LKS, dan papan tulis.
c.
Guru kurang mampu
mengelola kelas dengan baik.
d.
Guru kurang mampu
memanfaatkan llingkungan sebagai sumber belajar.
Data data kelebihan dan
kekurangan pelaksanaan pembelajaran IPS SD di MI Darul Ulum tersebut, maka
dapat kita simpulkan bahwa kekuranganya lebih dominan dari pada kelebihanya.
Oleh karena itu pada pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, siswa mudah
merasa bosan sehingga menjadi malas belajar. Bahkan sebagian besar siswa
beranggapan bahwa belajar IPS itu identik dengan hafalan.
E.
Pembelajaran
IPS yang Efektif
Belajar dan mengajar merupakan
dua konsep yang saling terkait dalam proses belajar mengajar dan efektivitasnya
dapat tercapai dengan memanfaatkan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran IPS
dapat menggunakan buku sumber (buku teks, majalah atau koran dan media massa
lainnya), media dan alat pengajaran, situasi dan kondisi kelas serta
lingkungan. Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi
kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan
yang dirumuskan. Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku dalam proses belajar
adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan.
Bagi guru IPS buku sumber bukan
satu-satunya sumber pembelajaran yang dapat digunakan, karena buku sumber pada
umumnya memuat informasi yang sudah lama. Media dan alat peraga dalam
pengajaran merupakan sumber pembelajaran yang dapat membantu guru dalam
melaksanakan perannya sebagai demonstator. Manfaat media atau alat pembelajaran
adalah: mengurangi verbalisme, memusatkan perhatian siswa, mudah diingat,
membantu pemahaman siswa serta mendorong untuk melakukan diskusi. Media pembelajaran
digolongkan atas 3 kelompok yaitu : media dengar (visual aids), media pandang
(auditive aids), dan media raba atau gerak (motor aids). Tetapi dalam
pelaksanaannya terdapat multi media yang mencakup ketiga jenis media tersebut.
Untuk dapat mencapai tujuan
pendidikan IPS yang telah dijelaskan di atas, maka tidak bisa dipisahkan dari
kreatifitas guru untuk memenuhi beberapa kriteria-kriteria pembelajaran yang
efektif seperti yang sudah dijelaskan di atas pula. Selain menggunakan strategi
pembelajaran yang dapat menarik minat belajar siswa khususnya pembelajaran IPS,
Guru dituntut memiliki kemampuan yang komprehensif
dalam memanfaatkan berbagai macam sumber belajar. Diantaranya adalah pemanfaatan media, pengelolaan kelas, dan pemanfaatan lingkungan.
1.
Penggunaan Media Belajar yang Tepat.
Pada dasarnya siswa memiliki minat (sense of interest)
dan dorongan ingin melihat kenyataan (sense of reality). Mengingat materi
pembelajaran IPS lebih banyak memuat informasi maka upaya mengembangkan kedua potensi siswa tersebut, guru dituntut
memiliki kreativitas dalam mengaktualisasikan kompetensinya terutama untuk
mengidentifikasi, menyeleksi dan menentukan sumber pembelajaran yang menunjang
kegiatan belajar mengajar.
Media sebagai sumber pembelajaran erat kaitannya dengan
peran guru sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator, guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena
media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral dalam proses
belajar mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media,
tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta
mengusahakan media dengan baik. Memilih dan menggunakan media harus sesuai
dengan tujuan, materi, metode, evaluasi dan yang lebih utama dapat memperlancar
pencapaian tujuan serta menarik minat siswa. Sebagai mediator, guru pun menjadi
perantara siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan sehingga guru pun
dituntut untuk memiliki keterampilan tentang komunikasi dan berinteraksi.
Sehingga siswa dikembangkan kemampuannya dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.
2.
Pengelolaan Kelas.
Pada dasarnya pengelolaan kelas merupakan suatu rentetan
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan suasana kelas yang efektif
bagi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar, yang keberhasilannya akan
bergantung kepada : tujuan pembelajaran, penggunaan waktu, pengaturan ruang dan
sarana belajar serta pengaturan kegiatan belajar siswa.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai pengelola kelas
(learning manager) hendaknya memiliki kemampuan untuk mengelola kelas sebagai
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswa. Kelas sebagai sumber
pembelajaran tidak terbatas pada pemeliharaan dan penciptaan suasana belajar
yang efektif, melainkan juga dapat dijadikan sebagai tempat pameran hasil karya
siswa. Kelas yang memiliki pajangan atau pameran hasil karya siswa dapat
menjadi tempat yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Melihat adalah bagian dari kegiatan belajar. Para siswa
belajar melalui kegiatan mendengar, melihat, meraba, mencium dan berbuat. Hasil
karya siswa yang baik akan mendorong
para siswa untuk menggunakan panca indera penglihatannya untuk belajar
dengan membaca dan memanfaatkan hasil karya siswa tersebut.
3.
Pemanfaatan Lingkungan Belajar.
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran menuntut
kreativitas guru untuk memanfaatkannya dan mengeliminasi kebiasaan mengajar
yang rutinitas dan monoton. Terdapat empat jenis sumber pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan dari lingkungan, yaitu: masyarakat, lingkungan fisik, bahan sisa
atau limbah dan peristiwa alam dan sosial.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran
mendorong siswa untuk berpikir logis, sisitematis dan logis, karena dari
lingkungan muncul berbagai fenomena yang menarik dan menantang bagi siswa, oleh
karena itu guru dituntut memiliki keterampilan ke dalam kelas dan atau membawa
siswa ke luar kelas. (Winataputra U. S., 2008)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pada intinya, pengertian IPS adalah berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik
manusia sebagai makhluk sosial.
2. Fokus utama/tujuan dari program IPS adalah membentuk
iindividu-individu yang memahami kehidupan sosialnya-dunia manusia, aktivitas
dan interaksinya yang ditujukan untuk menghasilkan anggota masyarakat yang
bebas, yang mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan, malanjutkan dan
memperluas nilai-nilai dan ide-ide masyarakat bagi generasi masa depan.
3. Kriteria pembelajaran yang efektif adalah peserta didik
harus menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat kerja yang besar dan
percaya pada diri sendiri. Untuk kegiatan proses pembelajaran yang efektif dan
memperoleh hasil yang memuaskan, pendidik dan peserta didik perlu menggunakan
cara-cara belajar yang efektif pula. Sebenarnya banyak cara yang dapat ditempuh
untuk memperoleh keefektifan dalam proses pembelajaran, yaitu mulai dari
memberikan informasi dan penjelasan, memberikan tugas, praktek di laboratorium
sampai dengan praktek di lapangan.
4. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPS kelas 1 di
MI Darul Ulum adalah kekuranganya lebih dominan dari pada kelebihanya. Oleh
karena itu pada pembelajaran IPS kelas 1 di MI Darul Ulum, siswa mudah merasa
bosan sehingga menjadi malas belajar. Bahkan sebagian besar siswa beranggapan
bahwa belajar IPS itu identik dengan hafalan.
5. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan IPS yang telah
dijelaskan di atas, maka tidak bisa dipisahkan dari kreatifitas guru untuk
memenuhi beberapa kriteria-kriteria pembelajaran yang efektif seperti yang
sudah dijelaskan di atas pula. Selain menggunakan strategi pembelajaran yang
dapat menarik minat belajar siswa khususnya pembelajaran IPS, Guru dituntut
memiliki kemampuan yang komprehensif dalam memanfaatkan berbagai macam sumber
belajar. Diantaranya adalah pemanfaatan media, pengelolaan kelas, dan
pemanfaatan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner, J.(1978). The Process of Educational Technology
(terjemahan). Cambridge: Harvard University.
Budiningsih, C.
(2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hernawan, A. H.
(2008). Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran . Jakarta: Universitas Terbuka.
Purwanto, M. N.
(2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan
Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rukmana, A. (2006).
Pengelolaan Kelas. Bandung: UPI
PRESS.
Sapriya. (2006). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Sundawa, D. (2006).
Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI PRESS.
Supriatna, N.
(2007). Pendidikan IPS di SD. Bandung: UPI PRESS.
Wahyudin, H. D.
(2007). Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S.
(2008). Materi dan Pembelajaran IPS di SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, U. S.
(2008). Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Komentar
Posting Komentar